Merupakan kebaikan bagi setiap muslim jika ia mampu mensyukuri apa yang telah Allah berikan atas dirinya. Tidaklah ia mampu bernafas melainkan hal tersebut Allah berikan atas dirinya, tidak pula ia memiliki nikmat berjalan, berbicara, mendengar, melihat, dan melakukan sesuatu tidaklah hal tersebut terjadi melainkan adanya campur tangan Allah di dalamnya.
Namun acapkali manusia lalai akan nikmat-nikmat itu, hal demikian terjadi dikarenakan hawa nafsu lebih banyak digunakan dibandingkan ketundukan akal dalam memahami hal demikian. Bahwasanya hal tersebut adalah petunjuk bagi akal sebagai ayat-ayat kauniyah yang Allah jadikan agar manusia tersebut senantiasa mengingat Allah dan tidak menjadi sosok penuh kelalaian.
Untuk meyakini adanya Allah seharusnya cukup bagi kita untuk melihat alam semesta ini. Alam semesta ini sudah menunjukkan adanya eksistensi Allah Ta'ala. Lihatlah adanya gunung tentu adanya yang menciptakan, adanya pohon, daun, buah yang musimnya memiliki pergiliran tentu membuahkan keyakinan ada yang menciptakan. Lebih dari itu, adanya malam untuk istirahat dan terang untuk bekerja juga mengisyaratkan adanya kekuasaan Allah di alam semesta ini. Maka dengan demikian Allah pun berfirman,
"Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(Nya)," (QS. An Nahl :12)
Pada ayat lain pula Allah Ta'ala berfirman,
"Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir." (QS. Ar Ra'd : 4)
Sesungguhnya tidak kurang Allah Ta'ala jelaskan pada kita dan ini merupakan kesempurnaan agama ini, yakni agama ini Allah turunkan penuh dengan ilmu. Allah Ta'ala pada ayat sebelumnya menceritakan terkait alam semesta jauh sebelum munculnya para penemu-penemu ilmu pengetahuan modern menjelaskan soal malam dan siang, sebelum para penemu itu merilis apa yang ia teliti, dan Al Qur'an telah menerangkan hal demikian secara gamblang. Baik bagi alam semesta maupun makhluk yang mengisi di dalamnya. Mari perhatikan apa yang Allah sampaikan soal hewan,
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (QS. Hud : 6)
Sungguh kebanggan bagi kita, kebanggaan sebagai seorang muslim. Bahwasanya Al Quran telah menyampaikan apa yang pernah terjadi juga akan terjadi. Maha Besar Allah atas ciptaannya. Al Qur'an adalah sumber dari ilmu pengetahuan, referensi shahih sepanjang masa yang takkan mungkin bisa terpatahkan argumentasi di dalamnya. Tidak seperti teori-teori penemuan yang bisa jadi salah. Sebagaimana kita ketahui soal teori penciptaan manusia dimana ada seorang yang mengklaim dirinya ilmuwan menyampaikan bahwasanya nenek moyang manusia adalah kera, asal usul manusia ialah berasal dari kera, padahal manusia diciptakan dari manusia serupa. Dan manusia itu ialah Adam 'alaihissalam yang telah Allah karuniakan kepadanya akal dan kemampuan berfikir disaat ia berada dalam surga.
"Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu. (QS. Ali Imran : 189)
Al Quran pula jauh hari telah mengatakan soal peristiwa kondensasi diatas awan dimana uap air diatas awan akibat pemanasan matahari akan menggumpal di awan dan berat sehingga jatuh ke bumi berupa tetesan hujan. Yang demikian telah Allah jelaskan pula sebagaimana firman-Nya,
"Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal kamu mengetahui." (QS. Al Baqarah : 22)
Maka sudah tak terbantahkan lagi apa yang Allah miliki, dan wajiblah bagi kita untuk senantiasa mendekatan diri kepada Allah. Karena Dia yang menciptakan sesuatu, menghidupkan dan memberikan rejeki. Sekalipun itu terhadap hewan, juga kepada tumbuhan, apatah lagi kepada manusia. Jangankan seorang muslim. Sejatinya apabila kita tanyakan kepada orang kafir terkait dengan penciptaan alam semesta ini, tentulah mereka akan berujar bahwa Allah-lah yang menciptakan hal ini semua. Dan hal tersebut Allah tegaskan dalam firmannya,
"Dan Sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" tentu mereka akan menjawab: "Allah", Katakanlah: "Segala puji bagi Allah", tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya)." (QS Al Ankabut : 63).
Lantas dengan kita mengetahui tentang apa yang Allah miliki yakni perbendaharaan dilangit dan di bumi, Dia yang menghendaki turunnya rejeki hingga kematian seseorang, Dia yang Maha menggenggam alam semesta ini dan berhak atas apa yang telah Dia tetapkan. Maka sebagai manusia tiada lain bagi kita untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita terus-menerus tanpa putus sebagai bekal perjalanan panjang setelah kehidupan kita di dunia ini. Maka sudah merupakan kewajiban bagi kita untuk taat dan patuh atas perintah Allah yakni,
"Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, Sesungguhnya bumi-Ku luas, Maka sembahlah aku saja." (QS. Al Ankabut : 56)
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam telah bersabda:
"Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan, maka Allah akan fahamkan dia dalam (masalah) dien. Aku adalah Al-Qasim (yang membagi) sedang Allah Azza wa Jalla adalah yang Maha Memberi. Umat ini akan senantiasa tegak di atas perkara Allah, tidak akan memadharatkan kepada mereka, orang-orang yang menyelisihi mereka sampai datang putusan Allah." (HR. Al-Bukhari).
Post A Comment:
0 comments: